satuindonesia.co.id, Balikpapan – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan pada bulan Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,47% berdasarkan rilis inflasi Badan Pusat Statistik (BPS).
Walaupun secara bulanan jika dibandingkan bulan sebelumnya memang relatif tinggi. Namun secara tahunan inflasi Balikpapan cukup terjaga di rentang target 2,5% ± 1% yaitu di level 2,95% (yoy).
Angka tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (3,05% yoy) dan inflasi gabungan 4 Kota IHK di Provinsi Kalimantan Timur (3,03% yoy).
Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, diantaranya beras, ikan layang, cabai rawit, telur ayam ras, masih menjadi dominasi penyumbang inflasi Kota Balikpapan.
Dimana kenaikan harga beras disebabkan oleh gabungan faktor supply dan demand. Kenaikan demand terjadi dengan seiring meningkatnya konsumsi di periode Ramadhan, sementara sisi supply didorong oleh bergesernya masa panen serta musibah banjir yang melanda beberapa daerah pemasok di luar Balikpapan.
Sedangkan kenaikan harga ikan layang disebabkan hasil ikan tangkap yang menurun karena kendala cuaca. Sementara itu, kenaikan harga cabai rawit disebabkan penurunan jumlah produksi sejalan dengan belum masuknya musim panen.
Selanjutnya, inflasi telur ayam ras didorong selain karena tingginya permintaan, juga disebabkan ketersediaan stok pakan ternak yakni jagung pipil yang terbatas dan harga yang tinggi.
Selain komoditas pangan, ada komoditas non-pangan yang terdeteksi menyumbang andil cukup tinggi juga yaitu emas perhiasan.
Meningkatnya permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri dan juga kenaikan harga global didorong oleh ekspektasi bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve untuk melakukan pemangkasan suku bunga, menjadi penyebab kenaikan emas perhiasan.
Namun hal tersebut patut disyukuri, sebab laju inflasi di Kota Balikpapan tersebut tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi antara lain angkutan udara, tomat, sawi hijau, bawang merah, dan kangkung.
Deflasi angkutan udara disebabkan banyaknya program diskon tiket oleh beberapa maskapai dalam rangka menyambut periode lebaran 2024.
Terdapat penambahan kota sample inflasi baru di wilayah kerja Bank Indonesia Balikpapan seiring dengan hadirnya Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022 oleh BPS, yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang mulai rilis per Januari 2024.
Kondisi inflasi Kab. PPU pada bulan Maret 2024 juga menunjukkan peningkatan secara bulanan. IHK Kabupaten PPU pada bulan Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,24% (mtm).
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Februari yang sebesar 0,15% (mtm). Sedangkan secara tahunan, inflasi IHK Kab. PPU tercatat sebesar 3,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional (2,75% yoy) dan inflasi gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur (3,03% yoy).
Kedepannya, tentu kita harus terus waspada terhadap kemungkinan masih munculnya tekanan inflasi. Beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memberikan tekanan inflasi antara lain masih tingginya harga beberapa komoditas pangan utama khususnya beras dan cabai rawit di tengah pasokan yang belum stabil dan demand yang meningkat.
Potensi peningkatan demand untuk berbagai komoditas pangan dan jasa di Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU juga patut dikawal ketat menjelang HBKN Idul Fitri 2024.
Perlu juga diwaspadai potensi kenaikan tarif internet pada minggu I dan II April menjelang HBKN Idul Fitri.
Selain itu, realisasi penggunaan dana Belanja Tak Terduga (BTT) mengenai upaya pengendalian inflasi yang masih rendah khususnya untuk inflasi komoditas pangan. Khusus terkait inflasi pangan, terdapat risiko berupa produksi pangan lokal yang terbatas dan harga pangan global yang meningkat.
Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan dan TPID Kabupaten PPU terus bersinergi antara lain melalui :
1. Pelaksanaan high level meeting TPID
2. Pelaksanaan Program Umat Peduli Inflasi (UPI) yang merupakan kolaborasi TPID dengan masyarakat ekonomi syariah (MES) sebagai bentuk kegiatan komunikasi efektif dalam rangka pengendalian inflasi melalui aktifitas dakwah
3. Pelaksanaan gelar pangan murah dan operasi pasar secara intensif
4. Gerakan Tanam Cabai oleh komunitas, antara lain PKK.
Selanjutnya kedepan, Bank Indonesia akan senantiasa bersinergi dengan berbagai pihak melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2024 untuk menjaga tingkat inflasi pada rentang kendali target inflasi nasional tahun 2024 yaitu sebesar 2,5% ± 1%.
Redaksi
(FK/HL)