satuindonesia.co.id, Depok – Menu berupa nasi, kuah sop, dan tahu rebus dengan anggaran Rp 18.000 per paket merupakan program pemberian makanan tambahan (PMT) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok di Kecamatan Tapos menuai kritik dari masyarakat.
Pasalnya, masyarakat menilai sajian itu belum mampu menunjang asupan gizi anak. Padahal sejatinya, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk mencegah terjadinya Stunting.
Mengutip Kompas.com, Dinkes Kota Depok angkat suara atas temuan tersebut, ikhwal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat Mary Liziawati kepada wartawan di Depok, Rabu (15/11/2023) yang mengakui ada kekeliruan dalam program PMT di Kecamatan Tapos “Di Kecamatan Tapos terjadi ketidaksesuaian menu dan ada arahan yang belum sesuai,”.
Mary menjelaskan, kekeliruan terjadi karena kader posyandu yang mendistribusikan makanan tambahan tidak tersosialisasi dengan baik.
“Memang harapannya kemaren sudah tersosialisasikan ke kader di bawah, tapi ada saja kader yang mungkin ketinggalan. Seperti di Tapos, belum terjadi koordinasi yang baik, lintas sektor di hari pertama,” ujar Mary.
Padahal menurutnya, kecamatan lainnya di Kota Depok menerapkan menu PMT sebagaimana dalam ketentuan dinkes, yakni berupa makanan kudapan untuk enam hari, dan makanan lengkap di hari ketujuh.
“Karena di kecamatan lain sih benar menunya, berjalan baik. Di kecamatan lain kan kudapan, eh di Tapos kok nasi, gitu ya,” ungkap Mary.
Program PMT di Tapos terjadi pada Jumat (10/11/2023), sehingga menu PMT pada hari berikutnya, kata Mary mengklaim telah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan Dinkes Depok.
“Jadi ini menjadi evaluasi kami. Kita dengan kejadian ini melakukan evaluasi secara intens. Alhamdulillah di hari kedua Kecamatan Tapos sudah memperbaiki menu, menunya sudah berupa kudapan sesuai ketentuan,” pungkas Mary.
Melansir laman cegahstunting.id, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dilakukan kepada ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK). Identifikasi dilakukan dengan cara mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dan dinyatakan berisiko apabila LILA kurang dari 23,5 cm.
Ibu yang mengalami KEK berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Sehingga, untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil KEK diberikan Makanan Tambahan Ibu Hamil.’Ibu yang mengalami KEK berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Sehingga, untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil KEK diberikan Makanan Tambahan Ibu Hamil.
Sementara itu, PMT Balita juga diberikan pada balita kurus usia 6-59 bulan yang indikator Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB) kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 SD) yang tidak rawat inap dan tidak rawat jalan.
Redaksi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Heboh Menu Pencegah “Stunting” di Depok Hanya Nasi dengan Kuah Sop, Dinkes Akui Ada Kekeliruan”, Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/16/08201161/heboh-menu-pencegah-stunting-di-depok-hanya-nasi-dengan-kuah-sop-dinkes