satuindonesia.co.id, Balikpapan – Bank Indonesia Balikpapan menyatakan komoditas sayuran hingga ikan layang menjadi penyumbang inflasi pada September 2024. Inflasi di Balikpapan tercatat sebesar 0,10 persen month to month (m-t-m).
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi mengatakan bahwa sebelumnya dua bulan berturut-turut Balikpapan mengalami deflasi, tapi September 2024, terjadi inflasi dalam koridor yang terjaga.
Berdasarkan data year on year (y-o-y) terjadi inflasi 2,31 persen, dimana angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yaitu 1,84 persen yoy dan inflasi gabungan empat kota di Kaltim sebesar 2,16 persen yoy, sedangkan data inflasi year to date (y-t-d) sebesar 1,58 persen.
“Kondisinya masih dalam rentang target. Saya pikir ini masih terkendali atau terjaga,” ujarnya, Rabu (16/10/2024).
Robi Ariadi menambahkan, beberapa komoditas yang menjadi penyebab inflasi selama September 2024 lalu, diantaranya dari kangkung, bayam, udang basah, sawi hijau, dan ikan layang.
“Kangkung selama dua bulan ini menyumbang inflasi karena pasokan menurun akibat curah hujan tinggi, sehingga membuat petani gagal panen produksi menurun dan mempengaruhi kelancaran distribusi,” ucapnya.
Disisi lain, lanjutnya, kenaikan pada komoditas udang basah dan ikan layang karena pasokan menurun akibat cuaca buruk sehingga nelayan tidak bisa melaut.
“Inflasi daerah perlu terus diwaspadai seiring peningkatan curah hujan yang berpotensi mendisrupsi kontinuitas ketersediaan pasokan pangan,” tegasnya.
Bank Indonesia Balikpapan mengapresiasi berbagai upaya untuk menekan angka inflasi dan harga tidak terlalu naik. Salah satunya dengan Gerakan Pangan Murah (GPM). Maka Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) siap mendukung.
“Dalam konteks ini menyediakan pangan dengan harga terjangkau untuk membantu masyarakat. Kami bersama Pemkot Balikpapan dan distributor,” jelasnya.
Diakuinya, selama pelaksanaan Gerakan Pangan Murah, harga kebutuhan pokok bisa terjangkau warga karena langsung dari distributor. Kota Balikpapan adalah kota yang unik karena tidak punya petani. Semua barang dari luar daerah Balikpapan.
“Jadi harus menjaga kelancaran distribusi dan harga terjangkau,” terangnya.
Robi Ariadi mengatakan, ada beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga atau deflasi diantaranya cabai rawit, daging ayam ras, angkutan udara, bensin, dan bahan bakar rumah tangga.
“Penurunan harga cabai rawit disebabkan oleh pasokan yang meningkat,” ungkapnya.
Kemudian penurunan harga bensin karena terdapat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi oleh PT Pertamina secara nasional per September 2024.
“Bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan karena pasokan lancar seiring upaya dari pemerintah daerah melalui operasi pasar,” ungkapnya.
Selanjutnya daging ayam ras juga mengalami penurunan harga karena distribusi kembali normal sehingga membuat pasokan komoditas mulai stabil. Terakhir penurunan harga komoditas angkutan udara.
“Permintaan tiket pasca rangkaian kegiatan di IKN kembali normal. Normalisasi frekuensi penerbangan oleh beberapa maskapai,” pungkasnya.
(MH/HL)