satuindonesia.co.id, Brussels – Pada pertemuan ASEAN-EU Ministerial Meeting ke-24 di Brussels, Belgia pada Jum’at (2/2/2024), Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menyampaikan dua hal utama.
Pertama, ASEAN-UE harus menjadi mitra untuk kemakmuran. Saya sampaikan bahwa semua data menunjukkan bahwa EU adalah salah satu mitra penting ASEAN. Dengan lebih dari 650 juta penduduk, ASEAN juga merupakan mitra penting bagi Uni Eropa. Karakter ekonomi ASEAN dan Uni Eropa adalah saling melengkapi.
“Concern terkait kebijakan Uni Eropa yang dapat menghalangi kemitraan dengan ASEAN, misalnya terkait kelapa sawit dan EUDR (EU Deforestation Regulation). Saya tekankan bahwa ASEAN juga peduli dengan kelestarian lingkungan dan pendekatan yang diambil haruslah saling membantu, bukan menghukum. Saya menekankan bahwa standar “one-size fits all” tidak dapat diberlakukan. Jika tujuannya adalah untuk memperkuat kerja sama, maka pilihannya hanya satu yaitu saling bekerja sama, saling membantu, dan menghindari isu sustainability digunakan untuk alat proteksi di dalam perdagangan,” tegas Menlu Retno Marsudi melalui siaran persnya.
Kedua, Retno juga menyampaikan bahwa ASEAN dan Uni Eropa harus menjadi mitra perdamaian dan stabilitas. Saya sampaikan bahwa dunia saat ini sudah penuh dengan konflik dan tidak perlu menambah konflik baru. Sekali lagi saya tekankan pentingnya penghormatan terhadap prinsip, nilai, dan hukum internasional secara konsisten.
“Saya menyampaikan apresiasi atas dukungan Uni Eropa terhadap AOIP yang mencerminkan komitmen kita untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Indo-Pasifik. Saya menekankan bahwa semua orang memiliki hak sama untuk dihormati dan dilindungi termasuk bangsa Palestina. Bangsa Palestina memiliki hak yang sama untuk hidup dan untuk memiliki negara,” ujarnya.
Di dalam kesempatan itu, Indonesia kata Menlu, appeal agar negara-negara yang menunda (pause) dukungan keuangan ke UNRWA untuk dapat mempertimbangkan kembali posisinya. Jangan sampai keputusan tersebut menjadi “collective punishment” kepada rakyat Palestina. Indonesia mendukung dibentuknya investigasi yang independen, kredibel, dan transparan untuk membuktikan tuduhan yang disampaikan kepada sejumlah pekerja UNRWA secara appropriate.
“Saya ajak semua untuk gunakan moral compass dalam upaya untuk memperkuat kemitraan bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas serta kemakmuran,” terangnya.
Selama dua hari di Belgia, Menlu melakukan 12 pertemuan bilateral, diantaranya dengan Menteri Luar Negeri Belgia, Slovenia, Hongaria, Swedia, Rumania, Finlandia, Polandia, Italia, HRVP Uni Eropa, kemudian EU Special Envoy for Afghanistan, kemudian dengan European Investment Bank (EIB), dan juga dengan Commissioner for Crisis Management of the European Commission.
“Isu-isu yang dibahas di hampir semua pertemuan bilateral adalah penguatan kerja sama ekonomi termasuk percepatan negosiasi Indonesia-EU CEPA, kemudian kita bahas Isu Palestina, di mana antara lain saya menekankan pentingnya gencatan senjata segera dan dukungan terhadap UNRWA, serta dukungan negara anggota Uni Eropa terhadap aplikasi Indonesia di OECD.”Isu-isu yang dibahas di hampir semua pertemuan bilateral adalah penguatan kerja sama ekonomi termasuk percepatan negosiasi Indonesia-EU CEPA, kemudian kita bahas Isu Palestina, di mana antara lain saya menekankan pentingnya gencatan senjata segera dan dukungan terhadap UNRWA, serta dukungan negara anggota Uni Eropa terhadap aplikasi Indonesia di OECD,” ucap Menlu.
Khusus Dengan EU Special Envoy for Afghanistan, “Dibahas mengenai upaya untuk membantu Afghanistan utamanya mendorong pemenuhan hak pendidikan bagi perempuan Afghanistan. Sementara denganEuropean Investment Bank (EIB) dibahas mengenai rencana pembentukan regional representation European Investment Bank untuk Asia Tenggara dan Pasifik di Jakarta serta implementasi JETP,” sambung Menlu Retno.
Redaksi