satuindonesia.co.id, Balikpapan – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) saat ini tengah mewaspadai angka kasus penderita penyakit tuberculosis (TBC) yang sudah menembus angka 1.825 pasien.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Alwiyati mengatakan, untuk kasus TBC di kota Balikpapan saat ini mencapai 1.825 pasien, sehingga saat ini pihaknya tengah melakukan pemeriksaan yang serius kepada para pasien tersebut agar tidak menularkan kembali kepada keluarga terdekatnya.
“Penyakit ini harus dicegah, karena penularannya sangat cepat, karena keluarga merawat juga beresiko menular,” ujarnya, Senin (11/11/2024).
Dikatakannya, pasien penderita TBC bisa sembuh total dengan catatan rutin mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Alwi menambahkan, dari sebanyak 1.825 kasus temuan tersebut, saat ini memamg ada juga yang masih dalam proses pengamatan. Dimana saat ini dicoba mencari potensi pasien lainnya sehingga pihaknya akan melakukan pemeriksaan.
“Hal yang perlu terus dilakukan adalah memberikan edukasi bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat, untuk mengenali gejala TBC seperti batuk yang beberapa minggu tidak sembuh, tengah malam demam,” jelasnya.
Tantangan penanganan kasus TBC cukup tinggi
Sementara, Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan Kota (Dinkes) Balikpapan, dr. I Dewa Gede Dony Lesmana mengatakan, pada prinsipnya skrining saat ini bisa dilaksanakan di semua Puskesmas.
“Skrining yang kita lalukan dengan menggunakan pemeriksaan dahak menggunakan alat tes cepat molekuler,” tegasnya.
Dikatakannya, DKK Balikpapan saat ini masih gencar melakukan kegiatan yang namanya “pemberian terapi tuberkulosis”, yang diberikan kepada kontak erat dari penderita tuberkulosis.
“Kasus TBC ini tantangannya cukup tinggi, karena kita mengobati orang yang sehat, jadi bukan pasiennya karena pasiennya minum obat TBC,” tukasnya.
Upaya ini akan terus dikejar untuk memenuhi target indikatornya agar tercapai target pencegahan tuberkulosis. Pasalnya, satu kasus TBC itu beresiko sampai dengan 20 orang di sekitarnya. Makanya dilakukan pemberian terapi kepada kontak erat yang ada di sekitar rumah penderita TBC.
“Saat ini program skrining baik secara aktif maupun pasif, sudah gencar dilaksanakan oleh teman-teman Puskesmas. Dan di tahun 2025 rencananya kita akan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan, namanya screening aktif tuberkulosis,” jelasnya.
I Dewa Gede Dony Lesmana menjelaskan, di tahun 2025 mendatang, dengan bantuan dari Kementerian Kesehatan, pihaknya akan melakukan skrining kepada 3.500 orang, dengan kriteria yang pertama adalah orang yang perokok. Orang yang ada riwayat sakit diabet, orang yang mempunyai gejala kearah TBC seperti batuk lebih dari 2 minggu, berat badan menurun, berkeringat di malam hari dan sebagainya.
“Di tahun 2025 kita akan melakukan skrining secara masif dan sasarannya 3.500 orang,” pungkasnya.
(MH/HL)