Senin, April 21, 2025
No menu items!

Terpapar di Medsos, ini Kronologis Tersangka Terorisme di Batu sampai Belajar Rakit Bom

satuindonesia.co.id, Jakarta – Densus 88 Anti Teror Polri mengungkap awal mula tersangka terorisme berinisial HOK (19) di Batu, Jawa Timur (Jatim).

Tersangka terpapar paham radikalisme hingga timbul niat membuat bom bunuh diri.

Juru Bicara Densus 88 Anti Teror Mabes Polri Brigjen Aswin Siregar saat konferensi pers Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta pada Senin (5/8/2024) menjelaskan bibit radikalisme timbul dalam diri HOK saat bergabung ke dalam grup paham radikal pada November 2023.

Dia berinteraksi dengan seseorang di media sosial tersebut hingga akhirnya diajak masuk ke dalam grup berbayar.

“Di dalam grup tersebut tersangka HOK mendapatkan banyak sekali video-video terkait propaganda ISIS atau Daulah Islamiyah seperti eksekusi dan peperangan ISIS, baiat dan bagaimana tindakan-tindakan dan aktivitas ISIS sesuai dengan syariat Islam. Jadi konten itu didapat dari sebuah grup medsos,” ujar Aswin, dalam keterangan resminya, dikutip Senin (5/8/2024).

Mulanya HOK masih merasa penasaran dengan Daulah Islamiyah hingga terdorong mengikuti dua channel media sosial Telegram.

Channel yang dibuat oleh seseorang di luar negeri itu merupakan media penyebaran ajaran radikal internasional.

Dari dua channel itu, lanjut Aswin, HOK diberikan pemahaman bahwa pemerintah yang tidak menganut sistem hukum Islam harus diperangi. HOK juga mendapatkan seri ajaran Daulah Islamiyah.

“HOK juga mendapatkan video tutorial mendapatkan bahan-bahan peledak, lagu-lagu berisi propaganda,” jelasnya.

Tak berhenti sampai disitu, pada bulan April-Mei 2024 HOK melakukan pembelian sejumlah bahan untuk membuat bom. Dia pun sempat merakit bom hingga meledak di dalam kamar.

Lambat laun, orangtua HOK akhirnya mengetahui aksi HOK mulai mengarah pada aksi terorisme setelah membeli 20 liter zat kimia pada Mei 2024. Saat itu, orangtua meminta HOK berhenti karena dipandang sudah keluar dari jalur yang benar.

“Saat orangtuanya bertanya apa yang meledak, HOK ini menjawab dia lagi main petasan di dalam kamar. Kamar HOK memang selalu tertutup dan keluarganya dilarang untuk masuk ke dalam,” ungkapnya.

Aswin juga menegaskan bahwa saat ini penyidik Densus 88 masih melakukan profiling jaringan medsos yang diikuti oleh HOK itu. Di sisi lain, dia mengimbau agar orangtua mengawasi anaknya secara penuh.

“Dari sini semua proses terjadi terhadap seorang remaja dari mulai dapat info sampai termotivasi melakukan bom bunuh diri sekitar 6-7 bulan saja,” tukas dia.

Redaksi

TERPOPULER

TERKINI

Hati-hati Modus Penipuan Berkedok Pembuatan SIM Online Gratis

Jakarta, Satu Indonesia - Beredar sebuah video di media sosial yang menawarkan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) secara gratis.Melalui video tersebut, pelaku menyertakan tautan (link)...