satuindonesia.co.id, Samarinda – Produksi padi di Kalimantan Timur mengalami kenaikan cukup baik dari sebelumnya rata-rata 3,5 ton per hektare pada 2022 menjadi 3,9 ton per hektare pada 2023.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur (DPTPH Kaltim) Kaltim Siti Farisya Yana menyebutkan petani mulai sadar tentang pola intensifikasi dalam pengelolaan lahan pertanian, mengutip Antara pada Selasa (12/3/2024).
“Adanya kenaikan menjadi 3,9 ton gabah kering giling (GKG) per hektare ini menggambarkan bahwa petani Kaltim mulai sadar tentang pola intensifikasi dalam pengelolaan lahan pertanian,” ujar Kepala Siti Farisya Yana, di Samarinda, Senin (11/3/2024).
Kecenderungan petani konsisten menerapkan pola intensifikasi membuahkan hasil produksi lebih tinggi ketimbang sebelumnya.
Kendati begitu, perluasan lahan juga perlu dilakukan, asalkan tenaganya cukup dan memadai. Hal ini diyakini membuat semangat petani lebih menguatkan intensifikasi lagi dari pada ekstensifikasi (perluasan), .
Intensifikasi (optimalisasi lahan) yang dilakukan petani, diantaranya memaksimalkan pengelolaan lahan, perawatan tanaman, penanganan hama, teknik pemupukan, dan lainnya.
“Intensifikasi dari pemerintah pun terus kami lakukan, seperti saat krisis air, ditangani melalui sistem pompa, peningkatan saluran irigasi, pompa yang tadinya tidak sampai ke sawah, kami bantu. Kami salut dengan petani terkait pengairan sawah, karena selain ada bantuan dari pemerintah, petani juga turut swadaya agar pengairan sampai ke sawah,” papar dia.
Soal produksi padi yang menurun, Siti Farisya menerangkan bahwa penurunan produksi padi Kaltim disebabkan oleh turunnya luas panen, sebagai dampak dari perubahan iklim ekstrem, yakni kemarau panjang dengan panas tinggi, sehingga ada yang gagal panen dan ada petani yang tidak jadi menanam padi.
“Penurunan produksi padi Kaltim pada 2023, faktor utamanya bukan karena petani, tapi lebih pada faktor alam, yaitu dampak El Nino, sehingga ada petani yang membatalkan menanam dan ada yang gagal panen, dampaknya kemudian luas panen menurun,” jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi Kaltim pada 2023 sebanyak 226.972,07 ton GKG, mengalami penurunan ketimbang 2022 yang sebanyak 239.425,34 ton GKG, atau turun 5,2 persen.
Penurunan produksi padi ini tentu linear dengan penurunan produksi beras, yakni dari sebanyak 139.266,10 ton pada 2022 menjadi 132.022,44 ton beras pada 2023, atau turun 5,2 persen.
Redaksi