Jumat, November 22, 2024
No menu items!
spot_img

Fenomena Pinjol di Kampus, Purwadi Sebut Harusnya Ada Sesuatu Yang kreatif!

satuindonesia.co.id, Samarinda – Ramainya fenomena persoalan pinjaman online (pinjol) pembayaran uang kuliah di kampus menjadi sorotan pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman (Unmul) Purwadi Purwoharsojo.

Dosen fakultas ekonomi ini menilai perguruan tinggi di Kalimantan Timur harus membentengi mahasiswa dari pinjaman online (pinjol) yang masuk ke ranah kampus untuk kerja sama penyelesaian uang kuliah tunggal (UKT).

“Pinjol masuk kampus itu bahaya, apalagi hanya untuk menyelesaikan UKT. Harusnya ada sesuatu yang kreatif, misalnya menambah kuota beasiswa atau menyiapkan anggaran yang lebih besar, termasuk program kreativitas mahasiswa yang didorong,” kata Purwadi, mengutip AntaraKaltim.

Pinjol masuk kampus seperti jalan pintas yang terkesan berisiko tinggi, kata Purwadi. Padahal, mahasiswa jelas-jelas belum punya penghasilan dan sebagian besar masih mengharapkan kiriman uang orang tua.

“Kalau mahasiswa terjerat pinjol, itu menjadi beban tambahan. Kalau ekonominya mampu, mungkin tidak masalah. Tapi kalau tidak, jadi problem lagi,” terangnya.

Mahasiswa harus bijak dalam menggunakan pinjol baik untuk gaya hidup maupun untuk UKT. lanjut Purwadi menerangkan. Contohnya kasus yang baru-baru ini ramai, yaitu mahasiswa yang menggunakan pinjol hanya untuk memenuhi gaya hidup, seperti membeli ponsel baru, dan lainnya.

“Jadi sebaiknya kalau bisa, hindari pinjol. Ancaman pinjol terhadap dunia pendidikan itu besar, terutama di kampus negeri. Kalau pinjol menjadi bola salju yang menggelinding makin besar, maka itu menjadi problem baru nanti di dalam dunia pendidikan kita,” katanya.

Purwadi mengkhawatirkan bahwa pinjol akan memperparah kapitalisme pendidikan, di mana orang miskin tidak bisa kuliah atau sekolah karena tidak punya duit. Hal ini mesti dipikirkan bersama untuk menjamin akses pendidikan bagi semua.

“Pimpinan perguruan tinggi harus kreatif, bagaimana supaya UKT tidak naik terus. Kemudian penghasilan mahasiswa juga harus ditingkatkan. Misalnya dengan pemberdayaan ekonomi, kampus punya usaha yang tidak membebani universitas, dan lain-lain. Jadi tidak mesti UKT itu dinaikkan terus sebagai sumber pendapatan,” paparnya.

Purwadi menyarankan kampus memperkuat kolaborasi dengan mitra, seperti bank atau lembaga keuangan lain yang lebih terpercaya dan terjamin.

Ia juga menekankan pentingnya edukasi dan pembinaan bagi mahasiswa, termasuk membentuk wirausaha muda atau unit kegiatan mahasiswa.

“Kampus harus turun tangan supaya tidak ada celah bagi mahasiswa untuk lari ke pinjol,” tandas Purwadi.

Penyedia pinjol dengan platform bernama Danacita telah bekerja sama dengan 85 perguruan tinggi untuk pemenuhan ongkos kuliah para mahasiswanya.

Mengutip laman resmi Danacita, debitur Danacita berjumlah 27.440 dan sudah bekerja sama dengan 148 mitra pendidikan. Total dana pinjol yang tersalurkan mencapai Rp375.996.260.883.

Tenor yang ditawarkan mulai dari enam bulan, 12 bulan hingga 24 bulan. Debitur dikenakan bunga dimulai 1,3 persen per bulan dan biaya persetujuan dibayar di muka tiga persen dari total pinjaman yang disetujui, minimal Rp100.000.

Redaksi

TERPOPULER

TERKINI

- Advertisment -spot_img