satuindonesia.co.id, Balikpapan – Vaksinasi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Balikpapan, Kalimantan Timur menarik perhatian pihak luar negeri.
Disebabkan, pilot project program ini merupakan yang pertama di Indonesia, yakni vaksinasi DBD yang diberikan secara gratis oleh pemerintah kepada masyarakat.
Untuk pengadaan-nya, vaksin itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (A8PBD) Pemprov Kaltim.
“Dari 9800 dosis ini tidak cukup untuk seluruh orang di Balikpapan, sehingga kami harus benar-benar mengkaji agar tepat sasaran,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Balikpapan dr. Andi Sri Juliarty, Kamis (25/1/2024).
Di Kota Balikpapan menerima sebanyak 9800 dosis yang tahapan-nya itu dimulai sejak Juni tahun lalu sebelum diresmikan oleh (pj) Gubernur Kaltim pada 12 November di Gedung Kesenian Balikpapan yang bertepatan dengan momentum Hari Kesehatan Nasional.
“Penetapan Kota Balikpapan sebagai pilot projek itu berdasarkan Surat Keputusan (SK) (pj) Gubernur Kaltim,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan, vaksin DBD adalah sebuah inovasi untuk pencegahan dan penanggulangan kasus DBD yang di inisiasi oleh Pemprov Kaltim dan Balikpapan.
“Balikpapan jadi pilot projek vaksin, dan Kota Bontang jadi pilot projek pencegahan melalui nyamuk Wolbachia,” jelasnya.
Untuk itu, pewarta dari negara Eropa bakal berkunjung dan melihat serta mewartakan langsung prosesnya. Media asal negara yang berjuluk the three lions itu bakal menyambangi Kota Balikpapan bukan tanpa sebab, Kota Balikpapan merupakan pilot projek Kalimantan Timur untuk vaksinasi DBD.
“Mereka itu pewarta dari Inggris untuk nama medianya BBC asal London, kami sudah komunikasi melalui zoom, kemungkinan di bulan Februari mereka kesini, ” sambungnya.
Selain itu juga, Dinkes Balikpapan dalam kajiannya itu, melihat usia rentan yang rawan terkena penyakit dari gigitan nyamuk aedes aegypty yaitu usia 5 hingga 14 tahun.
“Maka usia itu yang jadi sasaran kami, dan untuk memudahkan prosesnya, kami cari tempat mereka berkumpul yaitu di sekolah,” ungkapnya.
Kajian itu belum selesai, setelah melihat usia dan menentukan tempat vaksin Dinkes Balikpapan juga melihat tingginya kasus per kecamatan dari 6 kecamatan yang ada di Kota Balikpapan.
“Dari 6 kecamatan itu yang paling tinggi ada di Kecamatan Balikpapan Utara, kemudian Balikpapan Tengah, artinya itu nanti bergilir di setiap kecamatan,” sebutnya.
Vaksinasi ini, lanjutnya sudah berjalan dan kini sudah mencapai 60 persen kendati sepat terhenti beberapa saat yang disebabkan libur nasional.
“Saat ini juga banyak orang tua murid dari kecamatan lain yang meminta vaksin DBD, tapi sesuai kesepakatan, kami menyasar di Balikpapan Utara dan Tengah terlebih dahulu,” akunya.
Menurutnya, vaksin itu tak hanya disediakan oleh pemerintah. Maka, jika enggan menunggu giliran bisa melakukan vaksinasi ke pihak swasta, namun tentu harus mengeluarkan biaya.
Vaksin merupakan salah satu ikhtiar Kota Balikpapan untuk menuntaskan kasus DBD, mengingat kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) ini merupakan kawasan yang rawan akan DBD.
Sebab, selain kebiasaan warga yang menampung air akibat belum merata-nya pasokan air bersih, juga suhu di Kota Balikpapan yang berkisar 25-30 derajat celcius menjadi wadah yang nyaman untuk berkembangnya nyamuk.
“Maka, untuk memerangi DBD harus dari akarnya yaitu jentik,” ungkapnya.
Penanganan jentik selain dengan menaburkan obat pembasmi jentik yaitu pupuk abate, Pemkot Balikpapan juga telah berinovasi melalui kelambu air.
Menurut Dio, kelambu air ini ampuh untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam wadah penampungan air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak.
“Kalo fogging (pengasapan) itukan hanya membunuh nyamuk dewasa, dengan metode tadi maka sampai ke akarnya kami upayakan pembasmian, dan vaksin itu untuk pencegahan,” ujarnya.
Lebih lagi, Kota Balikpapan saat ini juga tengah mengejar angka bebas jentik nasional yang memiliki target 95 persen. Adapun capaian untuk di Kota Balikpapan kini sudah menyentuk angka 80 persen.
Dari sejumlah upaya atau langkah ikhtiar itu, angka penderita DBD pun di klaim menurun di awal tahun ini jika di bandingkan dengan awal Januari tahun lalu.
“Januari ini kami mencatat sebanyak 28 kasus aktif dan alhamdulillah tidak ada kematian, angka ini menurun jika dibandingkan awal tahun lalu,” imbuhnya.
Begitupun dengan angka kematian kasus DBD tahun 2023 yang juga menurun jika dibandingkan dengan tahun 2022.
“2022 itu kematian akibat DBD ada 7 jiwa dengan total kasus 1.897, dan di tahun 2023 ada 4 jiwa dari 2.197 kasus. Artinya dari kasus memang meningkat tapi kami bisa menangani, dan di tahun 2024 kami harap jauh lebih menurun baik itu kasus dan kematian, bahkan kami upayakan agar tidak ada lagi korban jiwa dari DBD,” tutup Dio sapaan akrabnya.
Redaksi
(MH/HL)