Minggu, Oktober 6, 2024
No menu items!
spot_img

Buntut Angkutan Batu Bara Dihadang, Para Supir Setempat Mohon Solusi!


satuindonesia.co.id, Paser – Truck angkutan batu bara masih dihadang oleh warga Desa Batu Kajang, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur sejak Senin (25/12/2023) malam.

Untuk itu, warga meminta pemerintah mengambil tindakan terhadap truck angkutan batu bara yang kerap melintasi jalan umum dan dapat membahayakan pengguna jalan lainnya.

Sebaliknya, akibat terdampak aksi penghadangan tersebut. Gabungan supir truk angkutan batu bara juga meminta pemerintah bisa memberi solusi terhadap persoalan tersebut

“Kami dilarang melakukan hauling, sementara kami semua (supir truck) di wilayah Batu Sopang ini bukan truck perusahaan yang digunakan, melainkan milik pribadi yang sehari-hari kami gantungkan hidup mencukupi kebutuhan keluarga,” terang Bambang, Minggu (31/12/2023), mengutip TribunKaltim.co.

Mereka berharap pemerintah dapat memberi solusi, agar para sopir truck angkutan batu bara dapat beroperasi kembali. 

“Truck-truck kecil yang ada di wilayah Paser ini sekitar dua ratusan unit, kalau dikolaborasikan dengan yang di Kalsel ada sekitar hampir 700 unit truk yang pemuatannya di Seradang Kalsel,” jelasnya. 

Menurutnya, para supir truck angkutan batu bara lokal di wilayah Kecamatan Muara Komam, Batu Sopang dan Kuaro hanya mengandalkan ikut dalam kegiatan hauling dari PT. Mantimin.

“Jangan hanya menyalahkan kami, sementara kegiatan hauling ini sudah berlangsung sejak lama dan kami cuma mencari makan untuk menghidupi keluarga kami,” bebernya

Bambang khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jika permasalahan tersebut tidak kunjung mendapat titik temu. 

“Keinginan kami sederhana, truck-truck kecil di kampung ini bisa beroperasi dengan normal kembali. Seperti beberapa tahun lalu yang tidak pernah ada persoalan, karena baru kali ini yang dari Mantimin tidak boleh lewat,” tegas Bambang. 

Senada dengan Bambang, Anto salah satu supir truk yang tergabung dalam Ikatan Driver Urang Banua (IDUB), mengaku ada sekitar 200 orang yang menggantungkan hidupnya di angkutan batu bara PT. Mantimin. 

“Kami punya kontrak di situ, kalau kontrak tidak terpenuhi tahun ini maka kami tidak akan dibayar, istri-istri kami di rumah juga sudah mulai resah bahkan beras juga sudah menipis. Kalau kami tidak diperjuangkan, bagaimana nasib kami kedepannya,” sesal Anto

Selama aksi pencegatan yang dilakukan oleh masyarakat, diakui sama sekali tidak ada pemasukan yang diperoleh. 

“Sama sekali tidak ada, seandainya kami bisa berkebun kami nyangkul tanam singkong, tapi kami tidak bisa. Syukur -syukur kalau punya mobil, kalau kami hanya menyupirkan mobil orang juga kami mau makan apa, ini terus terang dari hati kami ini,” ungkapnya.

Anto mengaku, bahwa para supir meminta bantuan dari pemerintah maupun pihak lainnya. Agar mereka bisa tetap bekerja untuk mengangkut batu bara, karena sebagai sumber penghasilan. 

“Kalau alasan dari ibu-ibu jalan rusak, maka itu bisa dibicarakan ke perusahaan. Kemudian banyak juga truck-truck lain yang lewat seperti truk semen dan sawit, itukan juga bisa merusak jalan, masa yang disalahkan cuma kami saja,” singgungnya. 

Tidak menutup kemungkinan para sopir truck angkutan batu bara beserta istrinya akan melakukan aksi, kata Anto, jika penghadangan terus dilakukan.

“Istri-istri kami kami juga sudah sepakat mau turun ke lapangan kalau tidak ada titik temu, semua kendaraan kami akan dijejer di jalan, dan rencananya tiga hari mendatang akan kami lakukan aksi itu,” pungkas Anto.

Redaksi

TERPOPULER

TERKINI

- Advertisment -spot_img